Raja-raja Bhutan

Posted on 09/December/2021

Bhutan, negeri Raja-raja Naga, membingungkan dan menyentuh pengunjung dengan mudah, bukan dengan arsitektur tradisional atau sejarah mereka, tetapi dengan kemurahan hati, kesederhanaan, dan kecintaan mereka pada tradisi. Seperti keluarga pada umumnya, anak hanya bisa sama baiknya dengan orangtuanya. Dan untuk Bhutan, negara kecil ini telah diberkati dengan keturunan monarki yang visioner dan rendah hati, memimpin negaranya dengan cinta orangtua terhadap anaknya.
 
Bhutan didirikan oleh Shabdrung Ngawang Namgyel yang menyatukannya menjadi satu negara keagamaan pada tahun 1616. Setelah ia wafat, Bhutan dipimpin dengan cara rekomendasi Shabdrung "sistem pemerintahan dual" dimana kekuasaan pemerintah dibagi dua antara pemimpin administratif sipil (Druk Desi) dan pemimpin keagamaan (Je Kehpo). Druk Desi dan Je Khenpo diperintah di bawah kekuasaan Shabdrung Rinpoche (reinkarnasi Shadrung Ngawang Namgyel).
 
Sistem pemerintahan dual ini berakhir pada keturunan Jigme Namgyel, yaitu Ugyen Wangchuck. Keluarga Jigme Namgyel mempunyai kekerabatan langsung dengan Pema Lingpa (orang suci terkenal) dan hubungan dengan 2 reinkarnasi Shabdrung Rinpoche. Ia dipilih untuk menjadi Penlop (Gubernur) Trongsa dan di antara pemimpin lain, ia yang paling berkuasa, tetapi ia wafat tanpa mempunyai kesempatan untuk menyatukan Bhutan dengan sistem monarki.
 

Raja Pertama - Tuan Ugeyen Wanchuck (Memerintah: 1907 hingga 1926)

 
Gongsa Ugyen Wangchuck, lahir pada tahun 1862, meneruskan tahta ayahnya, Jigme Namgyel sebagai Penlop (Gubernur) Trongsa. Ia memerintah dari Bhutan Tengah dan menyatukan Bhutan dengan mengalahkan musuh politik menggunakan perang sipil dan pemberontakan di awal tahun 1880an.
 
Selama tahun-tahun sebelum monarkinya, ia membentuk hubungan dekat dengan Inggris, membantu negosiasi antara Inggris dengan Tibet. Untuk menghormatinya, Inggris membuatnya menjadi ksatria pada tahun 1904 dan memberikannya gelar Komandan Ksatria Kerajaan Hindia. Ia lebih dikenal sebagai Tuan Ugyen Wangchuck sesuai dengan gelar yang diberikan dan menerima penghargaan dari pemerintah Inggris dan India sebagai bukti keahliannya membangun hubungan diplomatik tanpa mengorbankan kedaulatan negaranya.
 
Pada tahun 1907, Ugyen Wangchuck terpilih sebagai monarki turun temurun Bhutan, menjadi Raja pertama Bhutan, dan mengakhiri pemerintahan sistem dual. Ugyen Wnagchuck dimahkotai pada 17 Desmber 1907 dengan gelar Druk Gyalpo (Raja Naga). Selama 19 tahun ia memimpin, hubungan dengan Inggris dan India tetap dekat, sebagai usaha menggandeng pengaruh Cina yang semakin besar di Tibet. Selain itu, Bhutan lebih banyak terisolasi dari seluruh dunia.
 
Tuan Ugyen Wangchuck wafat pada 1926 dan digantikan oleh anak laki-laki tertuanya Jigme Dorji Wangchuck.
 

Raja Kedua - Jigme Wangchuck (Memerintah: 1926 hingga 1952)

 
Jigme Wangchuck, raja kedua Bhutan, lahir pada 1905, meneruskan tahta pada 1926 saat ayahnya wafat. Ia dibesarkan untuk menjadi penerus tahta dan mendapat pendidikan disiplin dalam Bahasa Inggris dan India dan disekolahkan menurut prinsip Buddha. 
 
Pada masa pemerintahannya, ada perubahan signifikan saat ia mengimplementasikan reformasi administratif. Ia menyusun sistem hirarki yang sederhana, dimana ia mempunyai kekuasaan atas semua hal keagamaan dan sekuler dan menunjuk seorang kepala biara (Je Khenpo) untuk mendirikan badan pusat administratif keagamaan.
 
Selama pemerintahan Raja Jigme Wangchuck, Bhutan tetap terisolasi dengan fokus pada sentralisasi kekuasaan untuk memastikan stabilitas politik. Raja Jigme Wangchuck wafat pada 1952 dan digantikan oleh anaknya Jigme Dorji Wangchuck.
 

Raja Ketiga - Jigme Dorji Wangchuck (Memerintah: 1952 hingga 1972)

 
Jigme Dorji Wangchuck yang lahir pada tahun 1928 meneruskan tahta pada umur 23 tahun. Ia dikenal sebagai Bapak Bhutan modern, dan seperti ayahnya, ia dididik dalam prinsip Inggris, Hindi, dan Buddha. Ia juga menghabiskan 6 bulan di Inggris selama masa mudanya.
 
Perjalanan Bhutan di dunia yang terisolasi berakhir saat Raja ketiga memerintah. Ia menyadari kebutuhan untuk berhubungan internasional agar dunia dapat mengenali Bhutan sebagai sebuah negara dan untuk melindungi kedaulatan negaranya. Raja ini melibatkan negara asing dalam pengembangan Bhutan dan mengundang negara-negara Eropa untuk terlibat dalam proyek pengembangan. Di tahun 1862, ia bergabung dengan Rencana Colomba dimana Bhutan mendapat bantuan teknis untuk pengembangan infrastruktur dan beasiswa pendidikan. Di tahun 1971, di bawah pemerintahan Raja Jime Dorji Wangchuck, Bhutan menjadi anggota PBB.
 
Dalam tahun-tahun pertamanya memerintah, Raja mengerti bahwa ia perlu mengimplementasikan reformasi sosial-ekonomi agar negaranya dapat berkembang lebih jauh. Di tahun 1956, ia mengambil langkah besar mengakhiri feodalisme, mendistribusikan kembali tanah kepada yang tidak mempunyai tanah, dan biara-biara memberikan tanah sebagai ganti bantuan finansial dari pemerintah. Pada 1961, Raja membuat rencana pengembangan ekonomi yang pertama, yang masih Bhutan ikuti hingga hari ini.
 
Raja ini berpikiran panjang dan belajar dari sejarah bahwa kekuasaan yang dipegang satu orang tidak bisa membawa Bhutan maju, untuk terus menikmati kedamaian dan stabilitas. Selama pemerintahannya, ia membangun sistem yudisial modern, dan Dewan Kementerian pertama. Ia juga membuat Majelis Nasional (tshogdu) yang mempunyai kuasa untuk menurunkan Raja atau penerusnya dengan suara mayoritas dua pertiga, sebagai langkah awal Bhutan menuju demokrasi.
 
Reformasi dan hubungan internasional membuka jalan bagi Bhutan ke dunia luar dan memulai perjalanan lambat namun pasti ke sistem demokrasi.
 
Raja Jigme Dorji Wangchuck wafat pada 1972 saat sedang dirawat di Nairobi, Kenya. Ia digantikan oleh anaknya Jigme Sinye Wangchuck.
 

Raja Keempat - Jigme Sinye Wangchuck (Memerintah: 1972 hingga 2006)

 
Jigme Sinye Wangchuck, raja keempat Bhutan, lahir pada tahun 1955 dan naik tahta saat ia baru berusia 17 tahun, menjadikannya raja termuda di dunia.
 
Ia menerima pendidikan modern saat ia masih kecil, bersekolah di India dan Inggris. Ia tumbuh dekat dengan ayahnya, menemaninya datang ke daerah terpencil di Bhutan, menerima pengetahuan langsung mengenai negara dan masyarakatnya. Ia dipengaruhi oleh ayahnya, dan melanjutkan fase modernisasi dan reformasi sosial ekonomi yang telah dimulai oleh ayahnya.
 
Sang Raja terus menciptakan hubungan internasional, bergabung dengan banyak organisasi regional kooperatif dan berpendapat di PBB, menegaskan status mandiri dan kedaulatan negaranya.
 
Pemerintahannya ditandai oleh dua kemajuan Bhutan. Sang Raja perlahan-lahan memulai proses desentralisasi, dan pada tahun 1998, muncul peran baru Perdana Menteri. Di tahun 2006, Raja mengumumkan sudah saatnya mereka menggunakan pemerintahan demokratis. Ia telah melakukan riset lebih dari 50 negara, meminta pendapat publik dan berkonsultasi dengan 20 Dzongkhag (distrik administratif dan yudisial Bhutan). Dua tahun setelah pemerintahannya selesai dan sesuai dengan permintaannya, Konstitusi diresmikan pada tahun 2008 dan pemilihan umum diadakan. 
 
Raja Jigme Sinye Wangchuck juga merupakan pencetus filosofi yang sekarang terkenal secara internasional (Kebahagiaan Bruto Nasional). Filosofi ini menekankan bagaimana pengembangan suatu negara harus dilakukan dengan pertimbangan kebahagiaan rakyatnya.
 
Dalam hidupnya dan masa pemerintahannya, ekonomi Bhutan meningkat karena Sang Raja mendirikan industri materi mentah, agrikultur, dan tenaga air. Banyak jalanan dibangun untuk menghubungkan daerah terpencil, dan sekolah-sekolah didirikan. Sang Raja, mempercayai pentingnya pendidikan, mengirim banyak pelajar untuk menempuh pendidikan di luar negeri. Pada masa pemerintahannya juga maskapai Bhutan pertama, Drukair beroperasi. 
 
Cintanya bagi negaranya dibuktikan kembali saat ia memimpin tentara pada tahun 2003 dan dengan sukses mengusir pemberontak dari India yang bermarkas di hutan-hutan Bhutan. Operasi tersebut sukses, dan mengagetkan dunia internasional karena hanya memakan waktu 3 hari.
 
Raja Jigme Sinye Wangchuck menjadi raja pertama di Bhutan yang memberikan tahtanya kepada anaknya, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck pada tahun 2006.
 

Raja Kelima - Jigme Khesar Namgyel Wangchuck (Memerintah: 2006 hingga sekarang)

 
Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, raja kelima Bhutan, lahir pada 1980 dan diangkat menjadi raja pada tanggal 1 November 2008, bertepatan dengan 100 tahun monarki Bhutan.
 

Raja Khesar bersekolah di luar negeri, belajar di Amerika Serikat sebelum lulus dari Magdalen College, Universitas Oxford. Ayahnya mengagetkan masyarakat saat ia menyerahkan tahtanya lebih cepat 2 tahun dari rencana. Keraguan dan kekhawatiran rakyat hilang saat mendengar pidato pertama Raja muda itu yang meyakinkan rakyatnya bahwa ia akan melanjutkan aturan-aturan ayahnya saat memerintah.

Selama 9 tahun terakhir di bawah pemerintahannya, ia mengontrol jalannya implementasi Konstitusi Bhutan. mewujudkan mimpi demokrasi ayahnya untuk rakyat.

Setelah upacara pengangkatan, proyek penting pertamanya adalah Resurvey Kadaster Nasional pada Maret 2009, yang berfokus pada meningkatkan kehidupan orang-orang yang tinggal di daerah terpencil di Bhutan. DI tahun 2011, ia mendirikan Yayasan Kidu. Kidu atau kesejahteraan masyarakat menurut tradisi adalah Prerogatif Kerajaan, termausk dalam Konstitusi Bhutan dan tanggung jawab dasar Raja. Peran Yayasan Kidu adalah untuk bekerja dengan pemerintahmemperbaiki masalah kritis di bidang pendidikan, hukum, demokrasi dan media, pengembangan ekonomi berkelanjutan, dan pelestarian lingkungan alam serta warisan budaya Bhutan.

Di tahun 2011, ia menikahi Jetsun Pema dan pernikahan mereka menjadi sorotan media mengenai Bhutan yang terbesar sepanjang sejarah. Selama upacara, Raja juga menerima Mahkota Druk Gyaltsuen (Ratu) dan memberikannya kepada Jetsun Pema, menyatakan dirinya secara formal sebagai Ratu Kerajaan Bhutan.

Sang Raja muda, seperti ayahnya, terkenal di negaranya dan di luar negeri. Bersama dengan sang Ratu, mereka melakukan perjalanan internasional dan telah meningkatkan profil Bhutan sebagai negara yang berdaulat. Druk Gyalpo kelima ini telah mendapatkan rasa hormat dari rakyatnya, dan membuktikan bahwa ia akan terus menyebarluaskan demokrasi yang ayahnya telah perjuangkan.

Di tahun 2015, Raja dan Ratu mengunjungi Singapura untuk memberi penghormatan terakhir kepada Almarhum Mr Lee Kuan Yew, Perdana Menteri pertama Singapura.


Kunjungi drukair.com.sg untuk membaca lebih lanjut mengenai perjalanan resmi mereka ke Singapura.

 

MORE ARTICLES

MERENCANAKAN PERJALANAN KE BHUTAN SELAMA FESTIVAL?

Pada musim perjalanan yang populer seperti selama waktu festival, tiket penerbangan cenderung sepenuhnya dipesan 5 bulan sebelumnya. Karena kuris penerbangan yang tersediai terbatas, kami sarankan Anda untuk memesan tiket Anda sedini mungkin. Anda dapat memesan tiket Anda secara gratis dan merencanakan perjalanan Anda ke Bhutan bersama kami.